Rabu, 26 Desember 2012

mengingat kepolosan " masa kecil "


Mencoba mengingat kepolosan" masa kecil"
            Nggak  tau kenapa tiba tiba pikiran saya teringat pada 10 tahun silam, dimana saya masih terlihat sangat polos. Saya lupa pastinya ketika umur berapa, yang jelas pada saat itu saya masih berada di tingkat sekolah dasar.  Berangkat sekolah bersama – sama dengan naik sepedah , dan tak jarang pula kita jalan kaki bersama jika salah satu sepeda dari kami ada yang rusak. Meskipun hanya milik satu orang tapi teman teman yang lain ikut berjalan kaki karena memang dulu rasa kesetiakawanan kami tak dipertanyakan lagi. Meskipun kami hidup penuh kesederhanaa,namun rasa kebersamaan sangat erat diantara kami.
            Setiap hendak berangkat sekolah, halaman depan rumah saya tepatnya di bawah pohon mangga menjadi tempat berkumpul teman teman yang semuanya berbeda kelas ada  6 anak, mereka adalah sitoh waktu itu kelas 5, yana dan idin sekelas dengan saya kelas 3 , fitri(kakak saya) kelas 6, sopingi kelas 4.saat itu hanya 6 anak yang sekolah di SD dan kebetulan waktu itu kakak saya kelas 6 dan paling tua diantara yang lain.  Ketika ada salah satu dari kami yang telat, maka yang lain pun ikut telat. Karena sebelum jumlah kami lengkap kami tidak beranjak dari tempat mangkal kami sebelum berangkat,  Mungkin karena terbiasa berangkat sekolah bersama, dan pulang pun bersama,  kebiasaan seakan membuat kami hidup dalam kebersamaan yang kuat.
Sekolah kami sekitar 1 km dari desa kami, kebetulan letaknya di tengah tengah sawah yang jauh dari pemukiman penduduk. Namun, sedikit dekat dengan pondok pesantren Tarbiayatul Ulum desa Sumursongo. Yang membuat enak, suasana di halaman sekolah sangat sejuk setiap harinya nya karena di depan sekolaha merupakan  hamparan sawah dan tanaman tebu, sehingga memberikan hawa semilir angin sepoi tiada henti tiap harinya.
            Suatu  hari ketika pulang sekolah, sepeda sopingi rantai nya los. Kami berhenti di pinggir jalan dan kebetulan tepat di samping jalan merupakan tanaman tebu yang sangat luas milik seorang pengusaha pabrik gula purwodadi. saat itu sangat marak berita penculikan yang pelakunya biasanya menggunakan mobil jib yang manjadi sasaran adalah anak anak sekolah. Ada cerita juga, kata orang orang korban penculikan akan dijadikan tumbal. Berhubung  kami masih kekanak – kanakan kami percaya percaya saja. Ketika itu masih jarang kendaraan roda empat seperti jib di desa kami. Saat memperbaiki rantai sepeda sopingi dari kejauhan sitoh melihat mobil jib persis seperti yang diceritakan orang orang. Kami langsung panik dengan pikiran campur aduk penuh, ketekutan, kekhawatiran, kegetiran sungguh ngeri.
            Dan  tanpa pikir panjang, kami langsung masuk kedalam rumbukan tanaman tebu yang sudah tinggi, sepeda  pun ikut kami gotong masuk dalam rerumbukan tebu. Kami diam tanpa kata karena takut, suasana semakin sunyi, ngeri, bahkan mencekam. Entah apa yang ada dalam benak teman teman yang lain yang jelas Sempat saya, berfikir kalo saya ketangkap penculik itu, saya tidak bisa bertemu orang tua saya lagi, akan diapakan saya nantinya, dan mungkin pikiran teman yang lain tak jauh dari apa yang saya pikirkan. Pikiran pun  terus melayang. Tak terasa Baju seragam merah putih berlumuran lumpur, badan berkeringat, dan gatal terkena hama tanaman tebu.
            Sungguh sangat mendebarkan ketika jib itu semakin mendekat, mendekat dan mendekat. Ketika berada tepat di tepi jalan dimana kami berhenti mobil jib itupun berhenti. Dan kami semakin ketakutan kami belum siap untuk dijadikan tumbal, hati dag dig dug badan pun menjadi panas dingin. 3 orang dari mereka keluar dan 1 orang di dalam mobil, semua berbadan kekar,  tinggi  dan berseragam sambil mangamati kesana kemari  dan salah satu dari mereka melihat keberadaan sepeda kami di balik seling selingan daun tebu dan lengsung menuju ke arah kami. Jantung berdetak kencang dari sebelumnya dan akhirnya dengan dana tinggi . hey, nyapo we neng kene  le?  kami tak bisa bicara karena sangking ketakutan. Bapak bapak itu menggiring kami menuju piggir jalan. we arep maling tebu to?mboten pak, tak kiro sampean penculik, ampun pak kulo mboten maling tebu kog ! jawab idin, teman laki laki paling tua setelah kakak saya fitri. Ternyata mereka adalah mandor  tebu yang hendak mengontrol tebu yang akan dipanen. Meskipun pikiran kami terlepas dari kegelisahan tetep saja kami was was dan ketakutan, karena kami berhadapan dengan mandor tebu yang terkenal galak, bisa jadi kami harus berurusan dengan pengusaha pabrik tebu purwodadi karena dituduh maling tebu. Akhirnya kami disuruh pulang dan sesampainya dirumah saya ganti baju dan saya tidak kawatir baju kotor karena besoknya ganti sragam pramuka.
Lain hari ketika hendak pulang sekolah dengan jalan kaki bersama teman teman lagi lagi  kami melihat mobil, dengan kecepatan rendah kali ini mobil jenis  pic up. Mengingat kabar mengerikan itunseakan kami trauma, kami langsung bersembunyi di kalenan ( tempat untuk aliran air di sawah ) yang diselingi rerumbukan tanaman rumput ilalang, setelah mobil itu dekat ternyata mobil itu milik pak lurah yang habis memanen kacang tanah di ladang nya. Dan kami teriak untuk minta tumpangan.
Akhirnya mobil berhenti dan kami naik di jok mobil belakang, bersama kacang hasil panen pak lurah, kebetulan kacangnya masih seger dan masih dengan batangnya sambil mobil itu melaju kami memakan kacang dengan santainya, hehe. Setelah tiba di depan rumah kami masih diperbolehkan membawa  beberapa genggam kacang . terima kasih pak lurah.
            Sungguh masa kecil yang begitu polos, Mungkin kurang lebih Seperti itu yang saya ingat saat berada disekolah dasar. Ini ceritaku, apa ceritamu !
By: nikhayatus sholikah, anak seberang utara tanah magetan*)
27 desember 2012.
             

2 komentar:

  1. Cerita menarik dari seberang utara Magetan. Saya Jadi ikut-ikutan kepikiran waktu kecil dulu, saat berangkat sekolah di MI. Meskipun setting dan latarnya berbeda namun ada kesamaan cerita, sama-sama polosnya. hehe

    Ditunggu cerita menarik lainnya.

    BalasHapus
  2. terima kasih atas comentnya. masa kecil memang sangat mengesankan, tapi tidak banyak yang saya ingat seiring bertambahnya umur menjadi semakin banyak kehidupan yang kita hadapi.. pabrik gula purwodadi itu yang dulu menjadi tempat p.dahlan untk melatih voly ..hehe. salam semangat!

    BalasHapus